Pelajaran, Teknologi, Motivasi dan Catatan

Contoh Cerpen : TERIMAKASIH MALAIKATKU

Ketika Dian masih kelas 1 SD, Dian sering ke rumah kakeknya di Semarang. Wajarlah, mamanya asli Semarang, jadi Dian pun sering bolak-balik Semarang-Kebumen. Hampir tiap bulan Dian ke sana . Pada suatu hari, Dian kerumah kakeknya naik bus. Sesampainya disana, Dian langsung nonton TV sembari menata parsel kepunyaannya. Adik Dian yang baru ber usia 3 tahun datang dan menghancurkan parsel tersebut, Dian marah, adiknya pun menangis dan langsung di gendong mamanya. Beberapa saat kemudian, Dian pun ikut-ikutan menangis karena merasa tidak ada yang peduli dengannya . Pada saat itu, kakek, nenek dan ayahnya sedang pergi ke sawah, jadi hanya ada mama, adiknya dan Dian saja yang ada di rumah. Dian pun berjalan perlahan menuju halaman rumah kakeknya dengan membawa parsel tadi dan mencoba menatanya lagi. Tiba-tiba, seorang anak laki-laki kelas 2 SD datang ke rumah kakek Dian.
“Ini dari nenek saya” kata anak laki-laki itu
“Oh, yaa makasih ya.. Dik Willy, tolong anak yang lagi main parsel di situ di ajak main ya?” kata mama Dian
“Iya bu” kata anak laki-laki itu dan berlari kearah Dian
Di halaman rumah kakek...
“Hai, kamu lagi ngapain?” kata anak itu
“......” Dian diam saja
“Hey, aku punya mainan kayak gini banyak di rumah, ke rumahku aja yuk” ajak anak itu sembari memegang tangan Dian.
Sebenarnya, Dian lagi tidak ingin bermain, dia hanya diam saja. Anak laki-laki tadi pun menarik tangan Dian menuju rumahnya yang hanya ber jarak 10 m di depan rumah kakeknya. Dan, mau tidak mau Dian harus mengikuti anak tadi, karena Dian tidak bisa menahan tarikan kuat tangan anak tadi.
“sebentar, aku mau ambil parselku dulu” kata Dian.
“Sini, aku aja yang ambilkan” jawab anak tadi sembari berlari mengambil parsel Dian.
Dirumah Willy.
Dian tidak menyangka ternyata di rumah Willy banyak mainan, ada robot-robotan, mobil-mobilan, boneka barbie juga ada.
“Aku pinjem barbiemu ya?” kata Dian.
“iya, aku yang mainin barbie laki-laki ya, kamu yang perempuan sama anaknya ya” kata Willy.
“Tapi, barbie perempuan ada banyak, kamu juga bantu aku ngedandanin barbie perempuannya ya?”
“Iyaa..”
Ketika sudah sore, Dian di suruh mandi sama neneknya,
“Aku pulang dulu ya..” kata Dian.
“iyaa..” jawab Willy.
Dian berlari pulang, kemudian bajunya di lepas oleh neneknya. Tiba-tiba Willy datang membawa baju ganti dan handuk.
“Ayoo.. Willy sini kalo mau mandi bareng” kata nenek Dian.
Willy tersenyum, dan berlari ke arah Dian. Mereka berdua dimandikan neneknya bersama-sama. (Waw)
Keesokan harinya, Dian pulang membawa salah satu barbie kepunyaan Willy.
“Daadaaaa... aku pulang dulu ya” kata Dian berpamitan.
“Iyaa..besok kesini lagi yaa” kata Willy.
Beberapa bulan kemudian, Dian datang ke rumah kakeknya. Willy menyambutnya dengan gembira, dengan senyuman polosnya.
“Dian.. main yuuuk” kata Willy.
“Ntar ya, aku masih capek, nonton TV dulu aja” kata Dian.
Beberapa saat kemudian, mereka bermain “petak umpet” di depan rumah, walaupun hanya berdua, namun sangat mengasyikan. Mereka juga sempat bermain “engklek/suramandan” khas daerah Kebumen maupun Semarang, bersepeda bersama ke sawah, memanjat pohon kersen dan dimakan berdua, berjalan-jalan di sungai sampai kuburan, dan dia memasangkan bunga kamboja putih ke telinga telinga Dian dan telinganya sendiri. Tentu saja Dian senang sekali . Liburan Dian selalu indah bersamanya. Sampai-sampai, Dian ingin pindah sekolah ke Semarang, tapi tidak di izinkan orang tuanya karena pekerjaan orang tuanya ada di Kebumen.
3 tahun kemudian, mereka sudah lumayan besar, Dian kelas 4 SD dan Willy kelas 5 SD. Ketika Dian ke rumah kakeknya, Dian dan Willy di beri uang saku untuk membeli siomay di dekat rumahnya. Willy bertemu teman satu kelasnya, dan mencoba memperkenalkan Dian ke temannya itu.
“Wil, itu siapa?” tanya teman Willy.
“Kenalin ini Dian” kata Willy.
“Oooh.. Dian ? Dian kan yang menyala di malam hari, hiiiiii...” kata teman Willy (dian=lampu dalam bahasa Jawa)
Willy pun mendorong temannya,
“Enak ajah ini DIAN nama orang bukan lampu tau..!!” kata Willy .
“Emang dia lampu..hehehe” kata temannya tertawa.
Dian langsung menarik tangan Willy dan pergi dari tempat itu membawa siomaynya.
“kata temanku tadi ga usah didengerin” kata Willy.
“Iya.. ini siomaynya enak banget lho.. besok kita beli lagi ya” kata Dian.
“iya, besok kalo kamu kesini lagi”.
6 bulan kemudian, Dian datang ke Semarang. Di rumah kakek..
“Kok, Willy engga kesini ya.., aku ke rumahnya dulu ah..” kata Dian dalam hati.
Dian kerumah Willy dan memanggil namanya, tapi beberapa saat kemudian yang keluar mamanya Willy, dan berkata bahwa semua temen sekelas Willy mengira dia selama ini pacaran sama Dian , jadi Willy ga mau keluar rumah, tapi Willy hanya ngintip Dian lewat jendela rumahnya.
Tahun demi tahun berlalu, Dian merasa sangat kehilangan Willy, sahabat kecilnya yang kini seperti orang tidak kenal dengannya . Akhirnya Dian memutuskan, dia ingin melanjutkan sekolah di SMA di SMA N 2 Semarang, tempat sekolah Willy juga. Dia ingin hubungannya dengan Willy terjalin kembali.
Akhirnya Dian di terima di SMA N 2 Semarang dan menjadi salah satu siswi di sana. Pada suatu hari, Willy melihat Dian sedang berjalan pulang dari sekolah sendirian. Motor Willy berhenti di dekat Dian.
“Mau pulang bareng?” ajak Willy
“iiya.. ” jawab Dian kaget.
Jantung mereka berdebar-debar, Willy menjalankan motornya pelan-pelan, tangan Willy agak gemetar karena sebelumnya dia belum pernah membonceng cewe.. Sedangkan Dian, dia tidak hentinya untuk tersenyum. Kini Dian dan Willy selalu pulang-pergi sekolah bersama. Mereka seperti orang pacaran, walaupun banyak orang bicara bahwa mereka pacaran, tapi Willy dan Dian tidak menghiraukannya. Mereka sudah biasa saling mengunjungi, saling sapa . Dian sering ke rumah Willy untuk bertanya soal yang belum ia mengerti. Dan Willy sering ke rumah kakeknya Dian dan meminjam laptopnya untuk mengerjakan tugas, dengan alasan komputernya rusak dan Willy melarang orang tuanya untuk membetulkan komputernya di tempat reparasi komputer. Tiap hari Minggu, ketika Dian menjemur baju, Willy selalu siap sedia menyapu halaman rumahnya sembari tersenyum pada Dian, bahkan terkadang Willy membantu Dian menjemur baju dan menyapu halaman rumah kakeknya.
Dian bercerita pada Willy, tentang teman tetangga kelasnya yang bernama Firman, Dian bilang kalo Firman itu anaknya baik, apa lagi kalau lagi tersenyum, sangat manis. Dian juga bercerita kalau Firman pernah mengajarinya Matematika. Pada saat itu, Willy tidak menghiraukannya, dia malah meledek Dian,
“Emangnya orang kayak Firman mau sama orang kayak kamu?” kata Willy.
“Yeeeeee... jangan gitu donk.. Siapa tau Firman mau sama aku” jawab Dian.
Willy mulai khawatir kalau Firman juga menyukai Dian.
Beberapa hari kemudian, di sekolah..
“Dian ada di kelas ga?” tanya Firman pada salah satu teman Dian.
“Ada, sebentar ya” jawab teman Dian.
Dian keluar kelas, teman Firman membunyikan sebuah lagu untuk Dian dengan ponselnya.
“Dian, bunga ini untuk kamu, maukah kamu jadi kekasihku, ” kata Firman menunduk.
Dian bingung, “Mmm.. gimana ya...aku jawab besok aja ya? Terimakasih bunganya” kata Dian sambil tersenyum.
Willy melihatnya, dia melihat Firman memberikan bunga untuk Dian. Willy menangis di kelasnya.
“Kamu kenapa Wil?” tanya seorang teman
“Ga papa..” jawab Willy
“Gara-gara Dian ya?”
“Bukan..”
Ketika Dian pulang pun, Firman menjemput Dian , hati Willy tambah hancur.
Pulang sekolah, Dian ke rumah Willy.
“Wil, kamu tau ga tadi di sekolah ada kejadian apa?” tanya Dian
“Ga tau tuh, emang ada apa?” kata Willy pura-pura tidak tahu
“Tadi aku ditembak Firman, bagaimana pendapatmu?”
“Ya, kamu terima aja Firman, gampang kan?”
“Kok kamu gitu sih?”
“Iya mau gimana, kamu terima aja Firman, anaknya cakep, pinter lagi, kamu juga cinta Firman kan?”
“Ya uda, kalau itu memang maumu” kata Dian.
Keesokan harinya, Dian dan Firman resmi pacaran. Sebenarnya Dian ngerasa tidak puas pacaran sama Firman, dia ngrasa ada yang kurang. Beberapa hari setelah jadian, Dian ngrasa di telantarkan Firman karena Firman tidak pernah membalas sms-nya dan jika Dian datang kekelasnya Firman selalu tidak ada, kalau Dian tanya kenapa tidak pernah membalas sms-nya, Firman bilang kalo dia sibuk dan tidak memperdulikan Dian. Akhir-akhir ini Firman tidak pernah mengantar Dian pulang lagi.
Ketika Dian pulang , di motor Willy..
“Sekarang Firman berubah Wil” kata Dian
“Berubah gimana?” tanya Willy
Dian pun menceritakan semuanya tentang Firman.
Hari berikutnya, di kantin sekolah, Willy sedang makan soto bersama teman-temannya.
“Sekarang saatnya ngerayain kesuksesan Firman yang telah menakhlukkan selusin cwe dengan berinisal D dalam waktu 3 bulan cooy..” kata salah seorang teman.
Willy mendengar perkataan teman Firman itu, dan dia kaget.
“Ternyata, Firman orangnya kayak gitu.., dia cuma menjadikan Dian sebagai bahan taruhan.., Gimana cara aku bilang ke Dian?!” kata Willy dalam hati.
Ketika pulang sekolah, Dian bercerita kepada Willy kalau dia sudah tau tentang sifat asli Firman dan tentang dia mengoleksi selusin cewe.
“Kalo gitu, sekarang mendingan kita ga usah mikirin pacar-pacaran dulu.. kita fokus aja ke sekolah.. aku punya suatu tantangan buat kamu, siap ga?” kata Willy
“Tantangan apa Wil?” tanya Dian
“Siapa yang bisa menjadi peringkat pertama, harus mengucapkan 3 keinginannya yang harus di kabulkan oleh salah satu dari kita yang kalah. Gimana?” ajak Willy
“Okeh..!! Deal.. tunggu saja besok semester 2, aku yang akan dapet peringkat pertama..”
“Jangan seneng dulu yaan.., kita liat aja besok”
Semester 1 telah berlalu.. Nilai mereka berdua memang belum memuaskan, Dian mendapat peringkat 3 dan Willy hanya mendapat peringkat 8.
Semester 2 pun di mulai.. mereka berdua belajar dengan serius, tidak main-main lagi, mereka mempunya permintaan masing-masing yang masih dirahasiakannya. Pulang sekolah mengerjakan tugas, malam dan subuh waktu untuk belajar dan menghafal, saat istirahat mereka selalu bertemu di perpustakaan dan membaca koran/majalah bersama .
“apa-apaan luu.. ikut-ikut ke perpustakaan.., sebelumnya kamu kan ga pernah ke perpustakaan” kata Willy
“Yeee.. kayak kamu sering ke perpus ajah bilang kayak gitu..” jawab Dian
Dan mereka berdua saling tersenyum.
Pada awalnya, mereka belajar untuk memenangkan tantangan Willy, namun ketika mereka sering membaca koran dan buku-buku pengetahuan serta menjelajah di internet, mereka mengerti belajar adalah untuk dirinya sendiri, untuk masa depannya sendiri agar uang orang tua mereka untuk menyekolahkan mereka tidak sia-sia. Uang jajan mereka di tabung. Willy mencoba mencari penghasilan lain dengan membuat cerpen/artikel dan mengirimnya ke majalah-majalah dengan nama yang disamarkan. Willy juga mempunyai sebuah blog, yang niatnya akan di jadikan penghasilannya, namun belum dapat menghasilkan uang.
Semester 2 selesai, mereka mendapatkan rapot dengan jantung yang berdebar-debar..
Pada hari Minggu pagi, pukul 05.30..
“Diian.. jadi lari pagi kan...!!” ajak Willy teriak-teriak di depan rumah kakeknya.
“iya, sebentar..!!” jawab Dian.
“Ayoo...” kata Dian menarik tangan Willy.
Mereka lari pagi bersama.., di tengah jalan..
“Hey, perjanjian kita jadi kan?” tanya Willy.
“Perjanjian apa?” kata Dian pura-pura lupa.
“Hey, jangan sampe lupa yaa.. Mmm.. gimana hasil nilai rapotmu?” tanya Willy.
“Punyamu dulu , gimana hasilnya?!” tanya Dian.
“Aku dapet peringkat 1 donk.. kamu?” jawab Willy bangga.
“Aku gagal Wil..”
“Kalo gitu, berarti kamu harus ngabulin 3 permintaan gw..”
“Yeeee.. gaya banget kamuu....”
“Kita duduk di bawah pohon kersen itu yuk”
Mereka berhenti sejenak, dan duduk di bawah pohon kersen di dekat sawah.
“Kamu cuma main-main ya, okey, permintaan pertama selesai, truz permintaan ke 2 apa?” tanya Dian
“Hey, yaaan.. tadi bukan permintaan pertama..”
Dian langsung duduk di bawah pohon kersen itu.
Kemudian, Willy berdiri dan memetik sebuah kersen dari pohonnya.
“Oke lah, permintaan ke 2.., kamu mau kan jadi pacarku? Kalo kamu mau, makan kersen ini, kalo kamu nolak, buang saja kersen ini” kata Willy sembari memberikan kersen itu kepada Dian.
Dian tidak menyangka, jantungnya berdebar-debar.., Dia tidak bisa berkata apapun.. Dia gugup.
Dian mengambil kersen dan dia mengangkat tangannya seperti akan membuangnya, ekspresi wajah Willy berubah seketika, kemudian Dian tersenyum dan memakannya.
“Akhirnya.., penantianku tidak sia-sia juga, tapii.. belum selesai lho.. permintaan ku yang ke 3 belum aku ucapin” kata Willy.
“Apa lagi? Apa permintaanmu yang ke 3?!” tanya Dian.
“Besok Senin pagi, kamu harus mau aku ajak jalan-jalan keliling Semarang..” kata Willy mantap,
Willy telah menyiapkan uangnya dari tabungan dan hasil jerih payahnya mengirim cerpen/artikel di majalah-majalah. Sedangkan blognya belum menghasilkan uang.
“Oke deh..” jawab Dian.
Mereka pulang ke rumah, dan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.
Keesokan harinya,
“Diiiaaannn... udah siap belom??!!! ” teriak Willy.
“Iyaaa... aku udah siap...” kata Dian.
Mereka pun bepergian keliling kota Semarang, mencicipi makanan di restoran, pergi belanja ke mall dan mencari tempat permainan yang menyenangkan yang menaikkan adrenalin .
“Makasih ya say.. udah belikan aku baju, celana dan kalung untuk kita berdua..” kata Dian
“hmm.. sama-sama.. aku punya 2 kata untukmu” jawab Willy.
“apa itu Wil?” kata Dian penasaran.
“I love you”
“Itu kan ada 3 kata, gimana sih?”
“Ya 2 kata lah, kan aku dan kamu adalah satu. hehe.kalo kamu seneng, aku juga seneng” jawab Willy.
“ kamu bisa ajah Will, I love you too” kata Dian tersenyum
Sesampainya di rumah, Dian masih membayangkan ketika berjalan-jalan bersama Willy.
“Willy baik banget, udah ngasih aku kebahagiaan yang luar biasa hari ini tanpa aku mengeluarkan uang sepeserpun. Apa yang bisa aku lakukan untuknya? Hm.. sepertinya aku bisa membelikannya tas dan sepatu, aku tahu sepatu dan tasnya kan sudah tidak layak pakai lagi” kata Dian dalam hati.
“Diaan.. apapun akan aku lakukan untuk kamu” kata Willy dalam hati.
Beberapa hari kemudian, diam-diam, Dian membelikan Willy tas dan sepatu baru kualitas tinggi yang cukup menguras tabungannya.
Tok, tok, tok ,
Pintu di buka,
“Hai Wil?! Lagi ngapain?” kata Dian
“Lagi bikin artikel nih, buat ngisi blog. Apa itu Yan?!” kata Willy penasaran
“Ini buat kamu, maaf ya cuma bisa ngasih ini ke kamu”
“Makasih Yan, kamu perhatian banget sama aku, aku jadi tambah semangat belajar nih” kata Willy semangat.
Satu tahun kemudian, Willy sudah menginjak kelas 3, saatnya dia banyak les dan harus lebih giat belajar untuk menghadapi UN dan SNMPTN. Dian tidak berani mengganggunya, sehingga mereka jarang komunikasi. Ketika libur pergantian dari semester 5 ke semester 6 , Willy merasa penat belajar terus, menghadapi materi-materi yang sulit dan dengan jumlah yang tidak sedikit.
Willy pergi ke rumah kakek Dian.
“Assalamu’alaikum” sapa Willy.
“Wa’alaikumsalam, tumben kamu kesini Wil? Kamu nggak belajar pa?” tanya Dian.
“Bosen belajar terus, kamu kapan mau ke Kebumen? Boleh aku anterin ga? Aku pengen main kerumahmu” kata Willy.
“Hah?! Mau ke rumahku?!” kata Dian kaget.
“yaaa.. ini permintaan pertamaku, semester kemarin aku dapet peringkat 1 lagi, kamu kapan dapet peringkat 1? Aku saja sampai bosan dapat peringkat 1 terus..” kata Willy.
“Emang kamu udah punya SIM ngajak ke Kebumen?! Di tilang baru tau rasa..”
“Ea udah donk, aku udh bikin SIM kok, emang kamu masih bau kencur..”
“enak aja, uh, iya iya besok pagi kita berangkat ya? Trus, permintaan ke 2 apa?” kata Dian.
“Oke deh... . Permintaan ke 2 aku, kamu harus menjadi peringkat satu mulai semester depan..” kata Willy.
“Heh, jadi peringkat 1 tuh tidak semudah membalikkan telapak tangan Wiiilllllyyyyy.... ” kata Dian sebel.
“Ya pokoknya kamu harus peringkat 1 , aku ga mau tau..”
“Hu....!!!” teriak Dian sembari menyubit tangan Willy.
“Truss permintaan ke 3 apa?” tanya Dian lagi.
“Tunggu aja besok, nanti juga kamu akan tauu..” jawab Willy.
Keesokan harinya..,
“Willy cepetaan..!! Keburu siang..” teriak Dian yang sedang menunggu Willy mandi.
“Maaf ay, aku kesiangaaan..!!” teriak Willy dari kamar mandi.
“Iaaa.. cepetaaan..!!” kata Dian sembari membantu Willy memasukkan baju-bajunya ke dalam tas.
Mereka berangkat ber-2 , sesampainya di sana, Dian langsung lari masuk ke rumahnya. Dia melihat ayah, mama dan adiknya menyambutnya dengan bahagia. Dan, keluarga Dian kaget ketika melihat ada Willy di sana. Yaa.., Dian pulang ke Kebumen bersama Willy.
Keesokan harinya,Willy mengajak Dian berjalan-jalan keliling Kebumen sebagai permintaannya yang ke 3, berhubung Willy juga baru pertama kali ke Kebumen. Mereka jalan-jalan ke Rita, Jadi Baru, gua Jatijajar dan melihat pasir putih Menganti.
“Di Kebumen wisatanya masih alami yaa.. Aku baru pertama kali wisata ke Gua. Sepertinyaa, Gua Jatijajar cocok di buat artikel dan diposting di blog ku” kata Willy
“Hmm.. ya, beginilah kotaku, Gua Jatijajar tuh sebenernya bagus untuk wisata,tapi mungkin masyarakat di sini tidak menyadarinya.” Kata Dian
“Waw, pemikiranmu bagus tuh.., aku minta bonus donk, permintaan yang ke 4, sekaliii ini ajah, aku minta tolong ke kamu buat ngurus blogku menjelang aku ujian, soalnya aku mau serius belajar. Gimana?”
“Oke deh, mana alamat blogmu”
“Nih, udah aku tulis e-mail dan passwordnya”
Keesokan harinya, Willy berpamitan untuk pulang,
“Aku pulang dulu say” ucap Willy.
“Ya,, hati-hati di jalan, makasih ya, kamu udah membuatku bahagia sampai sekarang” kata Dian.
“Pak, bu saya mau pamit dulu” kata Willy kepada orang tua Dian.
“Iaa.. hati-hati di jalan, jangan bosen-bosen main ke sini..” kata mama Dian.
Willy membunyikan motornya, dan kembali ke Semarang. Sedangkan Dian merasa kehilangan Willy di sisinya, padahal baru saja Willy kembali dekat dengan dia, karna sebelumnya kegiatannya hanya belajar, belajar dan belajar.
Di tengah jalan, Willy mendapat kabar dari ayahnya bahwa ibu nya masuk rumah sakit gara-gara penyakit jantungnya kambuh. Willy langsung menambah kecepatan motornya, dia ingin cepat-cepat menjenguk ibunya, dia tidak mau kehilangan ibunya. Ditengah jalan, Willy merasa tidak nyaman karena tidak bisa menyalip, akhirnya ketika Willy menyalip 2 bus yang berada di kanan kirinya, namun salah satu bus malah mendekat dengan bus yang satunya, dan perhitungan Willy kali ini salah, stang depan motor Willy bersentuhan dengan salah satu bus, hal itu membuat rodanya membelok dan bersentuhan dengan salah satu bus, motornya jatuh dan tubuh Willy terlempar pada salah satu tubuh bus dan jatuh di jalan raya bersama motornya. Dian yang ada dirumah, tiba-tiba merasa jantungnya berdebar, tapi dia tidak tahu, pertanda apa ini, tiba-tiba saja dia merasa takut.
Willy di bawa ke Rumah Sakit terdekat, dokter sedang menanganinya. Kepolisian segera menghubungi pihak keluarga. Karena Ayah Willy harus menjaga istrinya, kakak Willy yang di suruh mengurus biaya rumah sakit dimana Willy di rawat tanpa sepengetahuan mamanya.
Dokter keluar dari ruang ICU.
“Dok, gimana keadaan adik saya?” kata kakak Willy.
“Maaf mas, adik anda sudah tidak tertolong lagi” kata dokter.
“..........” kakak Willy tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak menyangka adiknya telah pergi .
“Apa yang harus aku katakan pada mama? Pada ayah?” kata Andri, kakak Willy.
Di rumah sakit tempat mama Willy di rawat.
“Pah, kok Willy ga dateng-dateng sih?” tanya mamanya.
“Sebentar ma, Willy sedang dalam perjalanan, motornya macet, jadi Andri harus menjemputnya” kata Papa Willy bohong.
Andri menelfon papanya dan berkata, kalau Willy telah meninggal dalam kecelakaan itu. Ayahnya kaget, dia menangis seketika. Papah Willy menyembunyikan hal itu kepada mamanya. Beberapa saat kemudian, keadaan mamanya memburuk, dan menyusul Willy pergi.
Dian mendengar kabar tersebut dari kakeknya, Dian sangat terpukul.., Dian tidak sanggup melayat, bahkan, Dian tidak bisa ngapa-ngapain, tubuhnya lemas, hari-harinya dipenuhi dengan tangisannya.
“Willy.. kenapa kamu tinggalin aku kayak gini.. gimana aku bisa ngejalanin hidup ini tanpa ada kamu di sisi aku.. sekarang kalung ini.. kalung ini membawa semua kenangan kita berdua.. kenangan yang bahagia yang kini berubah menjadi kesedihan.. aku ingin kamu kembali.. ku mohoooon.. aku cinta kamu.. aku sayang kamu.. kamu adalah malaikatku Willy.. apa artinya hibungan kita selama setahun ini.. kenapa kamu ninggalin aku begitu cepat.. kenapa??!!!” Dian terus menangis sembari memandang kalung pemberian Willy.
Dalam tidurnya, arwah Willy menghampirinya..
“Diian.. Diian.. aku cinta kamu.. maafin aku yang udah ninggalin kamu, tapi aku mohon kepergianku jangan kau jadikan beban. Ingat kata-kataku dulu, jika kau bahagia, aku juga akan bahagia, kebahagiaanku ada di kamu. Kamu ingat, permintaanku yang ke 2, kamu harus menjadi peringkat 1, aku mau masa depanmu kau tentukan sendiri.. Kamu harus menjadi orang sukses, agar bisa membahagiakan kedua orang tuamu dan juga aku. Berjuanglah Dian.!!”
Dian terbangun, dia melihat ke sekeliling kamarnya, dan tidak ada siapa-siapa. Dian mencoba tidur lagi agar bertemu Willy, namun tidak berhasil juga.
Setahun kemudian, Dian terus menjadi peringkat 1 sampai dia lulus Ujian Nasional. Dian di terima di UNDIP jurusan Teknik Informatika. Dian telah merubah blog Willy menjadi website yang kini menjadi ber bayar, karena di webnya kini berisi tutorial-tutorial, menerima jasa terjemahan, Ebook berbayar, dan terdapat beberapa perusahaan yang memasang iklan di sana. Hal ini membuat rekening Dian semakin lama semakin ber tambah.
Singkat cerita, 3 tahun kemudian, Dian lulus kuliah, dia menikah dengan orang yang bernama Arif dari Teknik Elektro UGM dan sekarang Dian bekerja menjadi programmer dan mengurus webnya di rumah sembari mengurus anaknya tanpa merepotkan orang tua.
Di depan kuburan Willy, Dian ber ziarah.
“Willy, maaf aku tidak datang pada acara pemakamanmu dan kini aku telah menikah dengan Arif, dia anaknya baik kok,jangan khawatir, terimakasih untuk semuanya, kau adalah inspiratorku, kau yang membuat aku menjadi seperti ini. Aku berencana tahun depan, kedua orang tuaku dan ayahmu akan aku biayai pergi ke Mekkah bersama-sama. Sekali lagi, aku mengucapkan terimakasih, ibumu sungguh mulia bisa melahirkan seorang anak yang sehebat dirimu.” ucap Dian .
“Bukan aku Dian, tapi kamu.. ini semua adalah hasil kerja kerasmu sendiri” kata Willy di samping Dian.
2 Komentar untuk "Contoh Cerpen : TERIMAKASIH MALAIKATKU"
Back To Top